Friday, January 7, 2011

Asesmen terhadap performance

Penilaian terhadap performance dapat diartikan penilaian formatif jangka panjang (Joni, 1981). Penilaian ini dilakukan dengan mengkonsepsikan kriteria semakin jauh menjangkau ke depan dan meletakkan dasar bagi pembinaan serta penyempurnaan sistem secara terus menerus. Penilaian terhadap performance disusun dalam bentuk indikator-indikator performance.
Indikator performance dalam pengukuran performance menurut Perrin (1988) ada delapan titik kecacatan, diantaranya: 1. variasi interpretasi kesamaan istilah dan konsep. 2. pergeseran tujuan. 3. Penggunaan pengukuran yang tidak bermakna dan tidak relevan. 4. Kekacauan antara penghematan biaya dan pergeseran biaya. 5. Ketidakjelasan perbedaan kekritisan subgroup oleh sejumlah indikator yang menyesatkan. 6. Pembatasan pendekatan berbasis objektiv dengan evaluasi. 7. Ketidakgunaan indikator performance untuk pembuatan keputusan dan alokasi sumberdaya. 8. Ketidakkonsistenannya antara fokus yang menyempit dalam pengukuran dengan manajemen publik yang lebih besar.
Bernsteins (1999) dalam artikelnya mengungkapkan apa yang dikatakan oleh Perrin bukan dari kecacatan konsep dasar pengukuran performance, tetapi sistem implementasi yang lemah sehingga terlalu banyak terfokus pada proses dan pengumpulan berlawanan dengan ketepatan penggunanan dari pengukuran. Winston (1999) berdasarkan pengalamannya menyimpulkan bahwa sistem pengukuran performance membutuhkan dinilai silang antara program dan perencanaan untuk menentukan faktor-faktor: fasilitas hasil capaian yang diharapkan, outcome yang tidak diharapkan, tindakan sebagai batas efektivitas implementasi. Feller (2002) menegaskan tentang penilaian performance secara implisit sebagai: hasil karakteristik organisasi yang performancenya dinilai dan kondisi politis dan organisasi dibawah sistem pengukuran performance yang di adop dan diimplementasikan.
Aspek politis dan organisasi dalam pengukuran performance berhubungan dengan indikator performance yang disusun serta ditetapkan. Dampak yang ditimbulkan oleh penggunaan indikator performance dalam organisasi dan politis sangat besar, yang menggambarkan kemajuan organisasi tingkat finansial, aktivitas yang akan dikembangkan dll. Secara pertimbangan politis, sistem pengukuran performance berdampak pada distribusi dan otoritas organisasi seperti halnya pertimbangan dalam legitimasi pengambilan kebijakan. Dalam level kompetensi organisasi juga mempengaruhi secara luas pengukuran performnace yang digunakan. Penggunaan indikator performance tidaklah sederhana, Ketidak mampuan melepaskan diri dengan isu yang ada berpengaruh pada pengukuran performance dan bagaimana mengukur performance itu.
Feller (2002) memberikan arahan dalam pengukuran performance:
1. Kebimbang dalam pengungkapan dengan kata tanya apa, kapan, bagaimana, dimana dan mengapa berdampak pada penemuan ilmiah merupakan pertanyaan dasar dalam sejarah sain dan teknologi.
2. Apapun kepercayaan dan kepastian dalam melampirkan pengukuran output ilmiah, transformasi output ke dalam outcome cukup komplek.
3. Barangkali pembatasan yang paling banyak dalam pengukuran performance sebagai penerapan kebijakan sains yang mungkin sesuai dengan dimensi monitor dan performance.
4. Sedikit pertimbangan memiliki dampak pada dukungan pemerintah tehadap sains dan teknologi.

No comments:

Post a Comment